Minggu, 05 April 2015

Kaum Muslim Tidak Mengalami Kemunduran Maupun Kehilangan Kemuliaan Kecuali Setelah Keruntuhan Negara Mereka: Khilafah Islam

Siaran Pers
Kaum Muslim Tidak Mengalami Kemunduran Maupun Kehilangan Kemuliaan
Kecuali Setelah Keruntuhan Negara Mereka: Khilafah Islam

Pada hari ini, 3 Maret 1924 M, bertepatan dengan 28 Rajab 1342 H, Mustafa Kemal melakukan kejahatan keji dengan secara resmi mengumumkan penghapusan sistem Khilafah. Turki lalu dinyatakan sebagai republik secular. Dia pun meninggalkan negara-negara Muslim yang merupakan bagian dari Khilafah. Ini benar-benar merupakan bencana terbesar yang mempengaruhi umat Islam. Akibatnya, kehidupan umat Islam menjadi lebih gelap; matahari kebanggaan dan martabat mereka menjadi hilang pada saat Khalifah mereka hilang. Dialah orang yang mengurusi urusan mereka dan membela hak-hak mereka, sebagaimana digambarkan oleh Nabi saw.:
«إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ، يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»
Sesungguhnya Imam adalah perisai; kalian berperang di belakang dia dan mendapat perlindungannya.
Tidak hanya itu. Hukum-hukum Allah, yang merupakan dasar keadilan, telah dihapus dan diganti dengan hukum Barat yang tidak adil. Doktrin Islam digantikan oleh doktrin kafir Barat: pemisahan agama dari kehidupan. Negara-negara Muslim mulai dijajah oleh penjajah kafir Eropa. Mereka mengobrak-abrik tanah kaum Muslim melalui perpecahan dan penjarahan berbagai sumberdayanya, menghina penduduknya, menabur perpecahan di antara mereka melalui klaim nasionalisme dan patriotisme serta mengangkat ketidakadilan dari etnis minoritas. Sekarang kaum Muslim mulai membunuh saudaranya karena satu inci tanah. Kita melihat darah Muslim yang tumpah di pagi dan sore hari, tanpa ada penyelamat. Beberapa agen penguasa mengendalikan mereka. Jumlahnya tidak melebihi jumlah mereka yang mati dan yang terluka. Tidak satu pun dari penguasa itu yang berani untuk mengutuk apapun karena takut tuan-tuan mereka murka!
Wahai Kaum Muslim!
Bagaimana hal ini bisa dibandingkan dengan kejayaan Islam pada masa lalu di Timur dan Barat bumi? Kaum Muslim melakukan perjalanan di bumi dari ujung satu ke ujung lainnya. Mereka hanya takut kepada Allah saja dan tidak khawatir serigala akan menyerang domba-domba mereka. Bagaimana hal ini bisa dibandingkan dengan keadilan Khalifah Umar, keteguhan Khalifah Harun ar-Rasyid, keberanian Khalifah al-Mutassim Billah dan tindakan Khalifah Sulaiman yang Agung yang membangun banyak bangunan peradilan serta membuat Caesars dan Chosroeses merasakan pahitnya kekalahan dan mereka membebaskan negara dan rakyatnya? Mereka menjadi komando di samudra dunia; tidak ada yang bisa masuk tanpa izin mereka.
Apakah Anda tidak melihat apa yang telah dialami oleh Muslim di bawah demokrasi dan sekularisme yang menjadi “agama” para penguasa mereka, yang merupakan para pengawal dan wakil Amerika! Paman Sam telah menjadi penguasa tunggal negara-negara Muslim. Amerika membuat perjanjian, kesepakatan, konferensi serta bahkan menyatakan perang dan memindahkan tentara kapan saja dia mau dan berkehendak tanpa ada keberatan dari siapa pun. Semua yang dilakukan oleh para penguasa Muslim adalah membayar untuk sesuatu dan membenarkan penggeledahan yang dilakukan Amerika. Apakah Ada posisi yang lebih buruk daripada penguasa Muslim saat Nabi saw. dihina, sementara dia pergi ke negeri orang kafir untuk mengikuti jalan mereka dan menyatakan bahwa dia berdiri berdampingan dengan mereka. Ini jelas bertentangan dengan perasaan umat Islam. Ironisnya, itu dilakukan di bawah mata dan telinga orang-orang yang disebut ulama! Demi Allah, ini adalah bencana. Firman Allah SWT benar-benar menggambarkan mereka:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ` فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai para pemimpin kalian. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Siapa saja di antara kalian mengambil mereka sebagai pemimpin, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Kalian akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya sehingga mereka menyesal atas apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka (TQS al-Maidah [5]: 51-52).

Wahai Kaum Muslim!
Kita percaya kepada Tuhan kita (Allah SWT). Kita pun yakin akan kebenaran janji-Nya atas kemenangan umat Islam dan dominasi agama ini di atas semua agama. Tanda-tanda kemenangan telah tampak semakin dekat dengan kekuasaan dan kekuatan Allah SWT. Pada hari itu tidak ada orang-orang yang menindas kita atau menghina keyakinan kita dan Nabi saw. serta orang-orang yang merampas hak-hak kita akan lolos dari hukuman.
((وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ))
Orang-orang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali (TQS asy-Syu’ara': 227).

Kantor Media Hizbut Tahrir Wilayah Irak

Khilafah Vs Nation-state

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan 3 (tiga) hal. Pertama: kritik terhadap konsep nation-state(negara-bangsa). Kedua:perbedaan negara Khilafah dengan nation-stateKetiga: keunggulan Khilafah dibandingkan dengan nation-state.
Untuk memperjelas posisi dan konteks hubungan antara nation-state dan Khilafah, akan diuraikan terlebih dulu bagaimana perjalanan sejarah konsep nation-state dan kaitannya dengan Khilafah.
Sejarah Nation-State dan Khilafah
Nation-state (negara-bangsa) adalah negara yang didasarkan pada konsep nasionalisme. Dalamnation-state, rakyat mengidentifikasi diri mereka sebagai sebuah “bangsa” (nation), yaitu suatu komunitas manusia yang menganggap dirinya satu kesatuan karena kesamaan etnis, sejarah, bahasa, budaya, atau faktor pemersatu lainnya. Identitas sebagai “bangsa” inilah yang menjadi dasar adanya hak untuk mendirikan sebuah negara. Ketika negara ini terwujud dalam realitas, ia disebut negara-bangsa atau nation state. Inilah konsep dasar dari nation-state.

Wahai Wanita, Islam Memuliakanmu

Pelecehan seksual dan pemerkosaan kerap mendera kaum wanita. Anehnya, banyak di antara mereka malah memberi peluang untuk dilecehkan bahkan diperkosa. Atas nama emansipasi mereka menuntut peluang besar untuk berkiprah di ranah publik. Ditambah busana mereka yang jauh dari syar’i bahkan terkesan seksi. Tak merasa bersalah menggunakan rok mini. Dalihnya, ini hak asasi.
Di sisi lain, banyak kaum wanita yang harus bekerja keras mencari nafkah. Mereka harus ikut bertanggung jawab atas beban ekonomi keluarga Wanita diopinikan agar bekerja untuk bisa mengatasi kemiskinan keluarganya. Wanita dijadikan aset untuk memutar roda perekonomian. Demikianlah nasib wanita dalam sistem kapitalis. Tenaganya diperas untuk mengatasi kemiskinan dirinya, keluarganya, bahkan dunia. Kaum wanita memang tertindas oleh sistem liberal-kapitalis.

Kaum Feminis Liberal Mengkriminalisasi Syariah

Untuk ke sekian kalinya, kaum feminis dan liberal melancarkan tudingan terhadap syariah Islam. Syariah Islam dianggap mendiskriminasi perempuan. Tudingan kembali muncul awal tahun 2015. Kali ini datang dari Raihan Diani. Ia adalah aktivis mantan Ketua Organisasi Perempuan Aceh Demokratik (ORPAD). Diani menuduh hukum syariah yang ditegakkan di Aceh acapkali menghasilkan diskriminasi bagi perempuan Aceh. Tuduhan itu di sampaikan dalam sebuah diskusi di Jakarta bertema, ”Syariah Islam di Aceh dan Kesejahteraan Perempuan” di Bakoel Café, Cikini. Diani juga menandaskan, “Hukum syariah di Aceh tidak menyejahterakan rakyat Aceh. Banyak warga main hakim sendiri yang mengatasnamakan syariah.” (Hidayatullah.com dan the Citizen Daily).
Berbicara tentang isu Aceh dan tudingan terhadap perda atau qanun syariahnya, terutama yang menyangkut isu perempuan, memang seakan tak ada hentinya. Setiap ada isu miring soal penerapan perda syariah di Aceh, serta-merta kalangan media liberal dalam dan luar negeri berkolaborasi dengan kelompok feminis mempublikasikannya, tentu dengan sudut pandang anti Islam.

ISLAM MEMULIAKAN PEREMPUAN

Kapitalisme mencengkeram kehidupan manusia di segala penjuru arah dan di segala lini kehidupan dewasa ini. Khususnya wanita, dalam sistem kapitalis ini, mau tidak mau harus tunduk pada kapitalis. Wanita dipaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya.Wanita dieksploitasi dengan murah meriah, bekerja dengan gaji rendah. Pekerjaan laki-laki juga kadang digantikan oleh wanita. Wanita dituntut menjadi tangguh seperti menjadi tukang parkir, satpam, penambal ban, kuli bangunan dan sebagainya. Bahkan untuk sebuah iklan komersial di dalamnya juga ada eksploitasi wanita seksi. Wanita dalam kapitalis kerap sekali menjadi sasaran empuk kriminalitas, dibunuh, dimutilasi, diperkosa dan dilecehkan.
Wanita Indonesia diekspor oleh negara menjadi pahlawan devisa. Padahal sesampai di negara tujuan mereka banyak bernasib malang karena tidak dilengkapi dengan skil dan pengetahuan. Mereka menjadi bulan-bulan majikan bahkan ada yang dibunuh. Mereka pun harus mengabaikan anak dan suami mereka.